Ekosistem air payau (estuari) adalah bagian dari
lingkungan perairan yang merupakan pencampuran antara air luat dan air tawar
yang berasal dari sungai, sumber air tawar lainnya (saluran air tawar dan
genangan air tawar) dengan adanya proses pencampuran maka wilayah estuaria
sangat dipengaruhi oleh kadar salinitas, dimana wilayah estuaria dibagi menjadi
beberapa mintakat yaitu Hyperhaline, Euhaline, Mixohaline, oligohaline, dan
Limnetik (Air tawar). Dengan ciri dan karakteristik tersebut estuaria memiliki
banyak tipe yang diklasifikasikan berdasarkan atas topografi, pengenceran air
tawar dan penguapan, geomorfologi, sirkulasi dan struktur dari sirkulasi,
distribusi salinitas, pola pencampuran air tawar dan air laut serta
stratifikasinya.
Ekosistem
estuari merupakan ekosistem yang tidak stabil karena dipengaruhi oleh dua macam
ekosistem yang lain, yaitu ekosistem air laut dan ekosistem air tawar. Kadar
garam (salinitas) perairan estuari sangat fluktuatif tergantung pada banyaknya
air tawar dan air laut yang masuk kedalam ekosistem. Berdasarkan pola
percampuran air tawar dan air laut, estuari dapat dibedakan menjadi pola
berikut.
1. Pola
dengan dominasi air laut (Salt wedge
estuary)
Pola ini ditandai dengan desakan air laut pada lapisan bawah
permukaan air saat terjadi pertemuan antara air sungai dengan air laut. Pada
peristiwa ini, terjadi perbedaan salinitas antara lapisan atas dengan lapisan
bawah air. Salinitas di lapisan bawah jauh lebih tinggi daripada lapisan atas.
2. Pola
percampuran merata antara air laut dan air sungai (well mixed estuary)
Pola ini ditandai dengan percampuran merata antara air laut
dengan air tawar, sehingga tidak terbentuk lapisan air secara vertikal. Namun,
secara horizontal, salinitas air akan semakin meningkat pada daerah dekat laut.
3.
Kombinasi antara pola dominasi air laut dengan pola percampuran merata
Pola inni akan sangat labil dan sangat dipengaruhi desakan
air sungai dan air laut. Pada pola ini terjadi percampuran yang tidak merata,
sehingga tidak terbentuk lapisan-lapisan air yang berbeda salinitasnya, baik
secara horizontal maupun secara vertikal.
B.
Manfaat Ekosistem Air Payau
Ekosistem perairan estuari kaya akan nutrisi yang sangat
penting bagi pertumbuhan fitoplankton. Adanya fitoplankton yang melimpah di
daerah ini mengakibatkan melimpahnya beragam ikan dan berbagai avertebrata lain
(misalnya udang, Bivalve, Echinodermata, dan Annelida).
Lingkungan estuari merupakan kawasan
yang sangat penting bagi berjuta hewan dan tumbuhan. Pada daerah-daerah tropis
seperti di , lingkungan estuary umumnya di tumbuhi dengan tumbuhan khas yang di
sebut Mangrove.
Hutan bakau memiliki vegetasi yang seragam, tajuk yang rata, dan tidak
membentuk stratifikasi vegetasi. Tumbuhan ini mampu
beradaptasi dengan genangan air laut yang kisaran salinitasnya cukup lebar.
Pada habitat mangrove ini lah kita akan menemukan berjuta hewan yang hidupnya
sangat tergantung dari kawasan lingkungan ini.
Sebagai lingkungan perairan yang
mempunyai kisaran salinitas yang cukup lebar, estuary menyimpan berjuta
keunikan yang khas. Hewan-hewan yang hidup pada lingkungan perairan ini adalah
hewan yang mampu beradaptasi dengan kisaran salinitas tersebut. Dan yang paling
penting adalah lingkungan perairan estuary merupakan lingkungan yang sangat
kaya akan nutrient yang menjadi unsure terpenting bagi pertumbuhan
phytoplankton. Inilah sebenarnya kunci dari keunikan lingkungan estuary.
Sebagai kawasan yang sangat kaya akan unsur hara (nutrient) estuary di kenal
dengan sebutan daerah pembesaran (nursery ground) bagi berjuta ikan,
invertebrate (Crustacean, Bivalve, Echinodermata, annelida dan masih banyak
lagi kelompok infauna). Tidak jarang ratusan jenis ikan-ikan ekonomis penting
seperti siganus, baronang, sunu dan masih banyak lagi menjadikan daerah estuari
sebagai daerah pemijahan dan pembesaran.
Pada kawasan-kawasan subtropic sampai
daerah dingin, fungsi estuary bukan hanya sebagai daerah pembesaran bagi
berjuta hewan penting, bahkan menjadi titik daerah ruaya bagi jutaan jenis
burung pantai. Kawasan estuary di gunakan sebagai daerah istrahat bagi
perjalanan panjang jutaan burung dalam ruayanya mencari daerah yang ideal untuk
perkembanganya. Disamping itu juga di gunakan oleh sebagian besar mamalia dan
hewan-hewan lainnya untuk mencari makan.
Keistimewaan lingkungan perairan
estuari lainnya adalah sebagai penyaring dari berjuta bahan buangan cair yang
bersumber dari daratan. Sebagai kawasan yang sangat dekat dengan daerah hunian
penduduk, daerah estuary umumnya di jadikan daerah buangan bagi limbah-limbah
cair (kita tidak membahas limbah padat di sini yang benar-benar merusak
sebagian besar lingkunagn estuary). Limbah cair ini mengandung banyak unsure
diantaranya nutrient dan bahan-bahan kimia lainnya. Dalam kisaran yang dapat di
tolelir, Kawasan estuary umumnya bertindak sebagai penyaring dari limbah cair
ini, mengendapkan partikel-partikel beracun dan menyisakan badan air yang lebih
bersih. Inipun dengan kondisi dimana terjadi suplai yang terus-menerus dari air
sungai dan laut yang cenderung lebih bersih dan mentralkan sebagaian besar
bahan polutan yang masuk ke daerah estuary tersebut.
Disamping itu semua, Hal yang sangat
berhubungan dengan masyarakat dan kegiatan ekonomi masyarakat, lingkungan
kawasan perairan estuary kebanyakan di jadikan sebagai lahan budidaya bagi
ratusan kenis ikan, bivalve (oyster dan clam), crustacean (kepiting) dan
invertebrate lainnya.
Pohon bakau hanya dapat tumbuh di
lingkungan air asin, berlumpur, dan tergenang. Misalnya daerah delta, muara
sungai, atau sungai-sungai pasang berlumpur. Pohon mangrove bersifat halofit,
yaitu tahan dengan kandungan garam tinggi dan genangan air laut. Pohon bakau
juga mempunyai adaptasi khusus untuk bertahan di daerah estuari. Bentuk
adaptasi bakau dapat dilihat jelas pada sistem perakarannya yang mempunyai
sifat-sifat sebagai berikut.
1) Berbentuk
cakram. Struktur akar semacam ini berguna untuk mengurangi dampak arus
pasang-surut, mengendapkan lumpur, dan merupakan tempat anak-anak udang atau
ikan mencari makan dan berlindung.
2) Bentuk akar
jangkar yang panjang untuk mencegah tumbuhnya anak pohon lain di dekatnya.
3) Akar napas
berbentuk pasak pada Sonneratia dan
akar lutut pada Bruquiera berfungsi untuk mengambil oksigen secara langsung
dari udara bebas.
Hutan
bakau mempunyai banyak fungsi bagi makhluk hidup. Hutan bakau menyedakan
habitat yang baik bagi berbagai jenis ikan, kepiting, udang, dan burung. Selain
itu, hutan bakau juga merupakan pelindung pantai dari bahaya pengikisan oleh
air laut (abrasi). Kayu tanaman bakau juga dapat dimanfaatkan manusia sebagai
kayu bakar.
C.
Sifat-Sifat Ekosistem Air Payau
Sebagai tempat pertemuan air laut dan air
tawar, salinitas di estuaria sangat bervariasi. Baik menurut lokasinya di
estuaria, ataupun menurut waktu. Berikut adalah sifat-sifat ekologis estuaria
secara umum:
1. Salinitas
yang tertinggi berada pada bagian luar, yakni pada batas wilayah estuaria dengan laut, sementara yang terendah berada pada tempat-tempat di mana air tawar masuk ke estuaria. Pada garis vertikal, umumnya salinitas di lapisan atas kolom
air lebih rendah daripada salinitas
air di lapisan bawahnya. Ini disebabkan karena
air tawar cenderung ‘terapung’ di
atas air laut yang lebih berat oleh kandungan garam. Kondisi ini disebut ‘estuaria positif’ atau ‘estuaria baji garam’.
Akan tetapi ada pula estuaria yang
memiliki kondisi berkebalikan,
dan karenanya dinamai
‘estuaria negatif’. Misalnya pada estuaria-estuaria
yang aliran air tawarnya sangat rendah, seperti di daerah gurun pada musim kemarau..
2. Laju penguapan air di permukaan, lebih tinggi daripada laju masuknya
air tawar ke estuaria, menjadikan air permukaan dekat mulut sungai lebih tinggi kadar garamnya. Air yang hipersalin itu kemudian tenggelam dan mengalir kearah laut di bawah permukaan.
Dengan demikian gradient salinitas air nya berbentuk kebalikan daripada
‘estuaria positif’.
3. Dinamika pasang surut
air laut sangat mempengaruhi perubahan-perubahan salinitas dan pola persebarannya
di estuaria. Pola ini juga ditentukan oleh geomorfologi dasar estuaria.
4. Perubahan-perubahan salinitas di kolom air dapat berlangsung cepat dan dinamis,
salinitas substrat di dasar estuaria berubah dengan sangat lambat.
5. Substrat estuaria umumnya berupa lumpur atau pasir berlumpur, yang berasal dari sedimen
yang terbawa aliran air, baik dari darat maupun dari laut. Sebabnya adalah karena pertukaran partikel garam dan air yang terjebak di antara partikel-partikel sedimen, dengan yang berada pada kolom
air di atasnya berlangsung dengan lamban.
D.
Pencemaran Air
Pencemaran air adalah perubahan fisik atau kimiawi air dan
menimbulkan pengaruh buruk bagi kehidupan organisme. Perubahan tersebut dapat
terjadi di badan-badan air seperti danau, sungai, lautan dan air tanah. Pada
umumnya, air yang tercemar mengalami perubahan warna, bau, dan rasa.
Pencemaran air dapat disebabkan oleh faktor alam maupun
faktor manusia. Namun, pada umumnya pencemaran air disebabkan oleh hasil
aktivitas manusia, misalnya pencemaran air karena limbah rumah tangga, industri,
pertanian, pertambangan minyak lepas pantai, atau kebocoran kapal tanker
pengangkut minyak. Beberapa contoh polutan penyebab pencemaran air dan
sumbernya dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 1. Berbagai limbah yang
menimbulkan pencemaran air
Kegiatan
|
Jenis Polutan
|
Dampak Umum
|
Limbah rumah tangga
|
Deterjen dan sampah
|
· Menurunkan kualitas air
· Membunh organisme air
|
Limbah industri
|
Bahan kimia berbahaya dan logam berat (misalnya: merkuri,
timbal dan krom)
|
· Mengakibatkan keracunan
· Menyebabkan cacat dan penurunan
kecerdasan pada bayi
· Mengakibatkan kematian
|
Limbah pertanian
|
Pupuk buatan, herbisisda, dan pestisida.
|
· Terjadinya blooming alga di
perairan
· Meracuni organisme air
|
Limbah pertambangan
|
Minyak dan logam-logam berbahaya
|
· Dapat membunuh organisme perairan
· Merusak ekosistem terumbu karang
(jika terjadi di laut)
|
Pada umumnya, pencemaran air menimbulkan efek merugikan bagi
manusia dan lingkungannya. Misalnya, peningkatan kandungan nutrien dapat memicu
eutrofikasi. Eutrofikasi adalah
terjadinya pertumbuhan tanaman air (misalnya: enceng gondok dan alga) secara
berlebihan dan tidak terkendali. Akibatnya permukaan air tertutup dan
menghalangi sinar matahari masuk ke dalam air. Hal ini mengganggu keseimbangan
ekosistem air karena produsen tidak dapat melakukan fotosintesis.
Pencemaran air juga mengakibatkan penurunan jumlah oksigen
terlarut di dalam air. Akibatnya, banyak flora dan fauna air yang mengalami
gangguan pertumbuhan atau kematian. Polutan berbahaya di dalam air juga dapat
meracuni organisme air dan merusak ekosistem air.
Estuari dapat dibedakan menjadi 4 tipe,
berdasarkan karakteristik geomorfologisnya :
1. Estuari daratan
pesisir, dimana pembentukannya terjadi akibat penaikan permukaan air laut yang
menggenangi sungai dibagian pantai yang landai
2. Laguna, adalah sekumpulan
air asin yang terpisah dari laut oleh penghalang yang berupa pasir, batu karang
atau semacamnya. Jadi, air yang tertutup di belakang gugusan
karang (barrier reef) atau pulau-pulau atau di dalam atol disebut
laguna.
3. Fjords ,merupakan semacam teluk yang
berasal dari lelehan gletser atau glaciar yaitu
tumpukan es yang sangat tebal dan
berat.
F.
Parameter Penyusun Perairan
Ekosistem Air Payau
Secara umum komponen penyusun
perairan payau terdiri dari komponen abiotik yang meliputi parameter fisik dan
kimia sedangkan komponen biotik meliputi parameter biologi. Semua karakteristik
tersebut merupakan faktor pembatas yang mempengaruhi kelangsungan hidup
organisme ekosistem payau.
1. Parameter Kimia
Parameter kimia air payau mencakup
konsentrasi zat-zat terlarut seperti oksigen (O2), ion hidrogen (pH), karbon
dioksida (CO2), amonia (NH3), asam sulfida (H2S), nitrogen dalam bentuk nitrit
(NO2-N), dan lain-lain. Beberapa diantara yang penting dijelaskan seperti di
bawah ini.
a. Oksigen Terlarut
Ikan
bandeng membutuhkan oksigen yang cukup untuk kebutuhan pernafasannya. Oksigen
tersebut harus dalam keadaan terlarut dalam air, karena bandeng tidak dapat
mengambil oksigen langsung dari udara. Ikan bandeng dan organisme-perairan
lainnya mengambil oksigen ini tanpa melibatkan proses kimia.
b. DO meter (Dissolved Oxygen Meter)
Oksigen
masuk dalam air payau melalui difusi langsung dari udara, aliran air, termasuk
hujan, dan proses fotosintesa tanaman berhijau daun. Kandungan oksigen dapat
menurun akibat pernafasan organisme dalam air dan perombakan bahan organik.
Cuaca mendung dan tanpa angin dapat menurunkan kandungan oksigen di dalam air.
Untuk kehidupan ikan bandeng dengan nyaman diperlukan kadar oksigen minimum 3
mg per liter. Oksigen terlarut di dalam air (Dissolved Oxygen = DO).
Dapat diukur dengan titrasi di laboratorium serta dengan metode elektrometri menggunakan
Dissolved Oxygen Meter (DO meter).
c. Derajat Keasaman (pH)
Derajat
keasaman air payau dinyatakan dengan nilai negatif logaritma ion hidrogen atau
nilai yang dikenal dengan istilah pH.
Kalau
konsentrasi ion hidrogen (H+) tinggi, pH akan rendah, reaksi lebih asam.
Sebaliknya kalau konsentrasi ion hidrogen rendah pH akan tinggi dan reaksi
lebih alkalis. pH air payau sangat dipengaruhi pH tanahnya. Penurunan pH dapat
terjadi selama proses produksi yang disebabkan oleh terbentuknya asam yang
kuat, adanya gas-gas dalam proses perombakan bahan organik, proses metabolisme
perairan dan lain-lain.
d. Konsentrasi Karbondioksida
Karbondioksida
di dalam air dapat berasal dari:
-
Hasil pernafasan organisme dalam air sendiri
-
Difusi dari udara
-
Terbawa oleh air hujan
-
Terbawa oleh air.
Konsentrasi
karbondioksida yang terlalu tinggi di suatu perairan akan berbahaya bagi
makhluk hidup yang terdapat di perairan tersebut. Bahaya ini meliputi :
-
Gangguan pelepasan CO2 waktu ikan bernafas
-
Gangguan pengambilan O2 waktu ikan bernafas
-
Penurunan pH
Sebaliknya
CO2 yang terlalu sedikit akan berpengaruh negatif kepada fotosintesis karena
gas ini merupakan bahan baku pembentukan glukosa (siklus Calvin-Benson).
Kandungan CO2 yang baik untuk budidaya ikan tidak lebih dari 15 ppm. Pengukuran
CO2 umumnya menggunakan metoda titrasi.
e. Amonia (NH3)
Amonia
di perairan payau berasal dari hasil pemecahan nitrogen organik (protein dan
urea) dan nitrogen anorganik yang terdapat dalam tanah dan air; dapat pula
berasal dari dekomposisi bahan organik (tumbuhandan biota akuatik yang telah
mati) yang dilakukan oleh mikroba dan jamur. Kadar amonia di perairan payau
juga dipengaruhi oleh kadar pH dan suhu. Makin tinggi suhu dan pH air maka
makin tinggi pula konsentrasi NH3. Kadar amonia dapat diukur secara
kolorimetri, yakni membandingkan warna air contoh dengan warna larutan standar
setelah diberi pereaksi tertentu. Biasanya menggunakan alat bantu
spectrofotometer.
f. Asam Sulfida (H2S)
Asam
sulfida yang merupakan salah satu asam belerang; terdapat perairan payau
sebagai hasil proses dekomposisi bahan organik dan air laut yang banyak
mengandung sulfat. Kandungan H2S di perairan payau dapat diukur secara
kolorimetri, yakni membandingkan warna air contoh dengan warna larutan standar
setelah diberi pereaksi tertentu.
2. Parameter Fisika
a. Salinitas
Salinitas
atau kadar garam adalah konsentrasi dari total ion yang terdapat di perairan
dan menggambarkan padatan total di air setelah semua karbonat dikonversi
menjadi oksida, bromida dan iodida dikonversi menjadi klorida dan semua bahan
organik telah dioksidasi. Salinitas ini dinyatakan dalam satuan gram/kg air
atau permil (0/00). Nilai salinitas sangat menentukan jenis perairan tersebut,
di alam dikelompokkan menjadi 3 yaitu :
-
Perairan tawar, salinitas <0,50/00
-
Perairan payau, salinitas >0,50/00 – 300/00
-
Perairan laut, salinitas >300/00
Pada
perairan payau dapat dikelompokkan lagi berdasarkan kisaran salinitas yang ada
yaitu:
-
Oligohalin, salinitas 0,50/00 – 3,00/00
-
Mesohalin, salinitas>3,00/00 – 160/00
-
Polyhalin, salinitas >16,00/00 – 300/00
Perubahan
salinitas bisa terjadi sewaktu-waktu. Ketika hujan lebat air tawar masuk ke
dalam tambak. Keadaan ini dapat menyebabkan penurunan salinitas. Peningkatan
salinitas terjadi dikala musim kemarau, pada saat penguapan air tinggi dan pergantian
air terbatas.
b. Suhu air
Suhu
air sangat berpengaruh terhadap kehidupan dan pertumbuhan organisme di dalam
air, termasuk ikan. Secara umum peningkatan suhu hingga nilai tertentu diikuti
dengan peningkatan pertumbuhan ikan. Di atas nilai tersebut pertumbuhan mulai
terganggu, bahkan pada suhu tertentu ikan mati. Suhu ini berkaitan dengan
kelarutan gas di dalam air, khususnya oksigen. Pada keadaan suhu perairan payau
tinggi, maka kelarutan oksigen terlarut akan rendah. Sebaliknya, proses metabolisme
organisme malah semakin cepat, yang berarti memerlukan oksigen makin tinggi.
c. Kecerahan
Kecerahan
perairan payau sangat bergantung kepada banyak sedikitnya partikel (anorganik)
tersuspensi atau kekeruhan dan kepadatan fitoplankton. Kecerahan menggambarkan
transparansi perairan, dapat diukur dengan alat secchi disk. Nilai
kecerahan (yang satuannya meter) sangat dipengaruhi oleh keadaan cuaca,
waktu pengukuran, serta ketelitian orang yang melakukan pengukuran. Pengukuran
kecerahan sebaiknya dilakukan pada saat cuaca cerah.
G. Kehidupan Di Dalam Ekosistem Estuari
Didaerah estuarin merupakan tempat
hidup yang baik bagi populasi ikan jika dibandingkan dengan jenis ikan lainnya.
Daerah ini merupakan tempat untuk berpijah dan membesarkan anak-anaknya bagi
beberapa spesies ikan. Adapun faktor yang menyebabkan daerah ini mempunyai
nilai produktivitas tinggi yaitu, disana terdapat suatu penambahan bahan- bahan
organik secara terus menerus yang berasala dari daerah aliran sungai, perairan
estuarin adalah dangkal, sehingga cukup menerima matahari untuk membantu
kehidupan tumbuh-tumbuhan yang sangat banyak, daerah estuarin merupak tempat
yang relative kecil menerima aksi gelombang akibatnya detritus dapat menumpuk
didalamnya, aksi pasang selalu mengaduk-aduk bahan organic yang berada
disekitar tumbuh-tumbuhan.Sayangnya, manuasia membuat daerah ini menjadi tempat
yang lebih tercemar daripada bagian lautan lainya.pembuangan sampah dan kotoran
–kotoran hasil industri yang khususnya mengandung racun yang tinggi kebanyakan
dibuang kedalam sungai dimana mereka ini kemudian diangkut kearah muara sungai
dan masuk akedalam estuarin sehingga derah tersebut menjadi tercemar.
Biota yang hidup di ekosistem estuari
umumnya adalah percampuran antara yang hidup endemik, artinya yang hanya hidup
di estuari, dengan mereka yang berasal dari laut dan beberapa yang berasal dari
perairan tawar, khususnya yang mempunyai kemampuan osmoregulasi yang tinggi.
Bagi kehidupan banyak biota akuatik komersial, ekosistem estuari merupakan daerah
pemijahan dan asuhan. Kepiting (Scylia serrata), tiram (Crassostrea cucullata)
dan banyak ikan komersial merupakan hewan estuari. Udang niaga yang memijah di
laut lepas membesarkan larvanya di ekosistem ini dengan memanfaatkannya sebagai
sumber makanan.Terdapat juga binatang yang dapat kita golongkan kedalam
kompenen peralihan, kedalam kompenen ini termasuk dalam organisme seperti ikan
yang melakukan migrasi yang melewati estuaria dalam perjalananya kedaerah
pemijahan baik diair tawar maupun air laut, contoh umum adalah ikan salem
(Salmo, Oncorbyncus) dan Belut laut (Anguilla). Sedangkan untuk fauna peralihan
juga termasuk binatang yang ada di estuaria hanya untuk mencari makan dan
termasuk berbagai burung dan ikan. Organisme estuarin berasal dari binatang
laut dan bukan dari air tawar, karena binatang laut mampu mentolerir penurunan
sanilitas yang besar daripada spesies air tawar menghadapi kenaikan salinitas.
Awalnya mencari informasi jenis ikan air payau tapi malah menemukan lebih informasi di tulisan Ekosistem Air Payau ini, makasih banyak
BalasHapus